Label

Sabtu, 17 April 2010

dream & reality are one? could it be?

gue abis baca sebuah novel yang isinya, well, ngebuat gue iri, iri karena para tokoh disitu mempunyai 3 hal yang nggak gue punya, yaitu keyakinan, kejujuran & keberanian. mereka selalu meyakini dengan pasti apa yang harus & tidak boleh mereka lakukan, lalu mereka sangat jujur dalam apapun nggak terkecuali perasaan mereka walaupun mereka tau kejujuran itu kadang dapat membawa kesulitan di kehidupan mereka yang selanjutnya & mereka juga berani mengambil resiko akibat dari kejujuran & keyakinan mereka itu (sejujurnya gue pengen banget punya sedikit keyakinan, kejujuran & keberanian mereka menanggung resiko yang akan mereka hadapi) & gue juga iri karena cerita di novel itu bener" ngebuat gue pengen ngalamin secara nyata apa yang dialami oleh tokoh" disitu. betapa menakjubkannya bila suatu saat lo mendapati diri lo terbaring berlumuran darah & merasakan ada sesuatu yang mengalir di dalam aliran darah lo menuju jantung lo hingga saat itu lo merasa seperti tubuh lo terbakar oleh api yang bahkan nggak bisa lo lihat atau saat lo mendapati diri lo yang telah hidup abadi selama beberapa abad tengah mengingat masa lalu lo sendiri, masa sebelum diri lo berubah menjadi sesosok makhluk lain atau bisa juga lo jadi seseorang yang punya sifat amat sangat egois karena lo nggak mau semua orang tau mengenai keluarga lo yang luar biasa yang bisa menyebabkan keluarga lo terancam atau bahkan saat dimana lo merasa iri, SANGAT IRI kepada seseorang yang melintas di hadapan lo atau maybe kepada sekelompok orang yang lo temui di kota lo yang lo tahu mereka bukan berasal dari jenis lo, jenis seperti lo yang sekarang sedang menatap iri mereka melainkan jenis sebelum jenis lo sekarang ini yang dulu begitu bahagia dengan berbagai macam kehangatan & cahaya. well, sejujurnya jauh sebelum gue baca novel itu, gue udah pernah bermimpi tentang hal" yang terjadi di novel itu (hey cerita di novel itu benar" menakjubkan jadi gue rasa sebagian besar orang pasti pernah bermimpi tentang hal itu setidaknya sekali seumur hidupnya), gue merasa mimpi itu nyata, bahkan terlalu nyata hingga akhirnya gue bangun dari semuanya & kembali menuju realita lalu mendapati diri gue lagi diatas tempat tidur gue, berbaring dalam diam sambil berharap malam berikutnya & berikutnya & juga berikutnya gue akan terus mengalami mimpi itu walaupun nggak muna gue juga berharap bahwa kenyataan seharusnya lebih indah daripada mimpi yang gue alami atau bahkan kadang gue juga berharap bahwa kenyataan & mimpi adalah satu kesatuan.

wishin' a happy ending in my lifestory

terkadang realita kehidupan ga seindah yang kita harapkan, yang kita inginkan, yang kita impikan. semuanya bagaikan sebuah buku yang di tiap halamannya telah diatur sedemikian rupa & kita harus menjalaninya, tentu saja semua itu ga lepas dari bagaimana kita memilih jalan yang akan kita lalui. well, gua abis baca novel (lagi) yang ngebuat gua pengen mengalami secara langsung apa yang dialami para tokoh disitu. apa jadinya bila kita mempunyai kemampuan dapat mengeluarkan sesuatu atau seseorang dari dalam buku yang kita baca? yah ada konsekuensi yang harus diambil juga sih, yaitu, sesuatu atau seseorang yang ada di sekitar kita dapat terbawa masuk ke dalam cerita tersebut untuk menggantikan sesuatu atau seseorang yang telah kita keluarkan. coba lo bayangin seandainya lo bisa mengeluarkan tinkerbell dari dalam ceritanya, pasti lo akan sangat senang kan? tapi apa tinkerbell juga akan senang? jawabannya, tidak. karena dia terpisah dengan teman-teman perinya di neverland, dia tidak akan bisa bertemu dengan peter pan, dia akan kehilangan cahayanya disini, dia akan merasa sendiri, ya kan? nah sesuatu atau seseorang akan masuk ke dalam cerita tersebut untuk menggantikan posisi tinkerbell, misalnya adik lo, apa di dalam dunia cerita tersebut adik lo akan bisa bertahan? menghadapi segala keajaiban, keanehan, kejanggalan yang tentunya amat sangat berbeda dengan dunia tempat tinggal lo sekarang ini. apa dia akan senang, sedih atau kesal? well, untuk yang satu itu gua ga tau jawabannya tapi satu yang pasti, bila kehidupan gua diibaratkan dengan sebuah buku cerita, gua berharap cerita itu memiliki akhir yang bahagia untuk gua & untuk semuanya.

when i first met him (utk tugas sinopsis film gw)

Aku tersenyum kecil ketika teringat kenangan manis itu, kenangan yang telah mempertemukanku dengannya, laki-laki yang sangat kucintai yang kini telah menjadi suami dan ayah dari kedua anakku. Bacalah kisahku dan kalian akan mengerti bahwa Tuhan selalu punya rencana indah dibalik semua cobaan yang kita hadapi.
Saat itu musim dingin di Paris ketika aku duduk di bangku panjang di Stasiun Gallieni, menunggu jadwal keberangkatan metróku menuju Stasiun Havre Caumartin untuk selanjutnya menuju Stasiun Pont de Sèvres dan turun di Stasiun Trocadéro untuk sampai di menara Eiffel, aku ingin melepas kesedihanku sejenak seusai menghadiri acara pemakaman ayahku.
Disanalah aku bertemu dengannya, dia duduk di sebelahku dan dari paras wajahnya, sepertinya dia keturunan Asia. Lalu tibalah saatnya metró yang akan kunaiki untuk berangkat, aku pun bergegas menuju ke metró tanpa mengetahui bahwa sebuah kantung kecil berwarna coklat milikku yang berisi sebuah pigura fotoku dengan kedua orangtuaku, tertinggal di bangku panjang itu.
Saat aku sudah duduk tenang di kursiku di metró, aku baru menyadarinya. Aku panik dan ingin keluar dari metró saat itu juga, tapi tidak bisa karena sebentar lagi metró itu akan berangkat. Aku pun kembali ke kursiku dengan lesu, dan laki-laki itu, yang duduk di sebelahku saat di ruang tunggu ternyata juga salah satu penumpang metró ini dan kursinya tepat di sebelah kursiku.
Dia tersenyum dan menyapaku, “Mademoissele Lavouie? I was found the brown bag and I thought it’s yours. Here it is”, katanya kepadaku seraya menyerahkan kantung cokelat yang berisi pigura fotoku dan keluargaku itu beserta namaku dan nama orangtuaku serta tempat dan tanggal foto itu diambil. Aku pun mengucapkan terima kasih lalu berkenalan dengannya, dan dari ceritanya ternyata kuketahui bahwa dia orang Indonesia asli dan dia sedang kuliah di Sorbonné dé Université di jurusan arsitektur lalu ternyata dia akan pergi ke menara Eiffel juga sepertiku, dalam hati pun aku berfikir, betapa kebetulan yang sangat lucu.
Beberapa minggu setelah pertemuan kami yang mengenkansan itu, aku secara kebetulan bertemu lagi dengannya di museum Le Louvre, kami pun bertukar alamat email dan dari hari ke hari kami selalu berkirim email hingga akhirnya kami berjanji untuk bertemu lagi di Kafe Brigandi ét Bougreesses. Tiga bulan kemudian kami menjalin hubungan, dan singkat cerita, dua tahun kemudian di tanggal 2 Februari 2002, kami menikah di tempat asal orangtuanya di Lombok, Indonesia. Umurku saat itu 22 tahun dan umur suamiku 27 tahun, saat itu di umurnya yang masih muda, suamiku telah menjadi seorang arsitektur kenamaan di Paris. Beberapa bulan setelah menikah, kami kembali ke Paris karena pekerjaan suamiku. Dua tahun setelah menikah, aku melahirkan si kembar Élise dan Marcel.
Dan saat ini, tepatnya 2 Februari 2010, aku dan suamiku, Ravan, tengah duduk kembali menunggu metró di Stasiun Gallieni untuk menuju ke menara Eiffel, hanya saja saat ini kami tidak hanya duduk berdua, tetapi juga ditemani oleh dua malaikat kecil kami yang lucu dan menggemaskan.